Legalisasi Kasino dan Fokus Pencegahan Judi Online Perlu Dibahas Lebih Dalam

Publik masih memperdebatkan legalisasi kasino sebagai tujuan baru penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pemerintah. Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), juga menyoroti hal ini.

Dia berpendapat bahwa jika kasino dilegalkan, negara akan mendapatkan uang dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Pun ketika kasino dilegalkan. Nailul berpendapat bahwa konsekuensi jangka panjang dari legalisasi ini harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi individu dengan pendapatan rendah untuk mencoba peruntungan dengan bermain di kasino.

Nailul menyatakan, “Ini yang harus diawasi ketat. Karena jangan sampai judi online yang selama ini kita lawan juga meminta pelegalan justru akan menjadi lebih berbahaya lagi ketika judi online meminta status legal yang sama.”
Selain itu, beberapa peraturan harus diubah, termasuk soal wacana yang terkonsentrasi. karena itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pemerintah harus mempelajari usulan melegalkan kasino untuk meningkatkan devisa negara dengan melihat kebijakan di UEA dan Malaysia. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menyarankan hal ini.

Hikmahanto menyatakan bahwa Indonesia, yang memiliki mayoritas penduduk Muslim, sama seperti Uni Emirat Arab, yang saat ini membangun kasino besar di negaranya, dan Malaysia, yang secara resmi melegalkan kasino pada tahun 1969. Dia meminta pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan masalah ini, termasuk melakukan evaluasi atau penilaian independen tentang tiga hal yang sangat penting. Dia menyatakan bahwa meskipun Indonesia adalah negara Muslim, tingkat perjudian masih tinggi. Namun, aktivitas itu akhirnya diizinkan selama pemerintahan Ali Sadikin sebagai gubernur DKI Jakarta. Saat itu, kita juga memiliki Porkas dan SDSB, yang mungkin juga merupakan bentuk seperti itu. Sekarang kita hanya lokalisir, dan dana akan digunakan nanti dari pajak yang dihasilkan, dan sebagainya,” katanya.

Dia juga mencontohkan beberapa hal yang terjadi di Uni Emirat Arab di mana, meskipun judi dilarang, kasino dibuka melalui pembangunan wilayah ekonomi khusus. Dilaporkan bahwa Galih Kartasasmita, anggota Fraksi Golkar, menyarankan agar Indonesia meniru praktik kasino Arab. Di Komisi XI DPR, Galih menyampaikan usulan dalam rapat kerja dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. Tentu saja, tujuan diskusi ini adalah untuk menambah kategori baru yang diterima oleh negara sebagai objek bukan pajak.

“Mohon maaf nih, saya bukannya mau apa-apa, tapi kemarin Uni Emirat Arab ingin memiliki kasino, coba negara Arab melakukannya, maksudnya kementerian dan lembaganya mungkin keluar dari box.”

Sebenarnya, kasino di Indonesia bukan hal baru. Sejarah menunjukkan bahwa kasino Tanah Air secara resmi pernah beroperasi dan menghasilkan keuntungan besar bagi pemerintah. Peristiwa ini terjadi di Jakarta pada tahun 1967. Saat itu, Gubernur Ali Sadikin menghadapi kesulitan aneh saat membangun ibu kota. Karena kekurangan anggaran, banyak infrastruktur dan proyek besar belum selesai. Oleh karena itu, Bang Ali harus mencari cara untuk meningkatkan anggaran, salah satunya adalah dengan melegalkan perjudian. Kebijakan ini dibuat untuk mencegah perjudian dilakukan secara diam-diam. Dengan membatasi perjudian ke wilayah tertentu, pemerintah berharap mendapatkan uang dari keuntungan dari perjudian.

Pemerintah mencatat keuntungan dari perjudian ilegal mencapai 300 juta rupiah setiap tahunnya. “Uang tersebut jatuh ke tangan oknum pelindung perjudian tanpa bisa dirasakan oleh masyarakat,” kata gubernur DKI Jakarta saat itu. Meskipun demikian, Resorts World Genting, satu-satunya kasino legal di Malaysia, dikelola oleh Genting Malaysia Berhad. Dalam laporan tahunannya, perusahaan mencatat pendapatan sebesar RM 10,91 miliar pada tahun 2024, atau setara Rp37,09 triliun, dengan kurs ringgit 3.400.

Perusahaan judi legal di Malaysia menghasilkan lebih dari Rp30,99 triliun lebih dari APBD 2025 Jawa Barat. Ini sebagian besar dari bisnis kasino di Malaysia, tetapi juga di luar negeri seperti Inggris, Mesir, AS, dan Bahama.